Mengidentifikasi Bakteri Gram Positif pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Laboratorium Mikrobiologi Teknologi Hasil Perikanan
Identifying Gram Positive Bacteria in Tilapia (Oreochromis niloticus) in the Microbiology Laboratory of Fishery Technology
Kurniasih, 05051181520030
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang Prabumulih KM 32 Ogan Ilir Telp. 0711 7728874
ABSTRACT
Bacteria is a typical prokaryotic cell, unicellular, pleomorphic and contain no restricted membrane structures in the cytoplasm. The cells are typically spherical (cocci), rods (bacilli), or spiral (spirilium). Infection is the state of the entry of microorganisms into the body, then multiply and cause disease. The definition of microorganisms are bacteria, fungi and viruses. Microorganisms that can cause infection of the bacterium. The bacteria can cause infections both locally and systemically. Streptococcus aureus can infect tilapia (Oreochromis niloticus). This research was conducted in the Laboratory of Microbiology Laboratory Products Technology Hatchery Fisheries and Aquaculture of the Faculty of Agriculture. This study aims to simplify see the shape of the microorganism, clarify the size and shape of microorganisms and see the outer structure and the structure of the bacteria is observed. The method used in this research is the preparation of container, fish preparation and pathogen infection. The media used is BHIA (Bran Heart Infecsi Agar) and BHIA (Bran Infecsi Heart Broth). Results of testing the characteristics, it is known that the bacterium Streptococcus agalactiae, including gram-positive. Keywords: Oreochromis niloticus, Streptococcus agalactiae and clinical symptoms.
ABSTRAK
Bakteri adalah sel prokariotik yang khas, uniselular, pleomorfik dan tidak mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya. Sel-selnya secara khas berbentuk bola (kokus), batang (basilus), atau spiral (spirilium). Infeksi merupakan keadaan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, kemudian berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Yang dimaksud mikroorganisme yaitu bakteri, jamur dan virus. Mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi yaitu bakteri. Bakteri dapat menyebabkan infeksi secara lokal maupun sistemik. Bakteri Streptococcus aureus dapat menginfeksi ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Teknologi Hasil Perikanan dan Laboratorium Hatchery Budidaya Perairan Fakultas Pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mempermudah melihat bentuk jasad renik, memperjelas ukuran dan bentuk jasad renik dan melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri yang diamati. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu persiapan wadah, persiapan ikan dan infeksi patogen. Media yang digunakan yaitu BHIA (Bran Heart Infecsi Agar) dan BHIA (Bran Heart Infecsi Broth) Hasil pengujian karakteristik, diketahui bahwa bakteri Streptococcus agalactiae termasuk gram positif.
Kata kunci : Oreochromis niloticus, Streptococcus agalactiae dan gejala klinis.
PENDAHULUAN
Bakteri adalah sel prokariotik yang khas, uniselular, pleomorfik dan tidak mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya. Sel-selnya secara khas berbentuk bola (kokus), batang (basilus), atau spiral (spirilium). Ukurannya berkisar antara 0,1 sampai 0,3 mm dengan diameter sekitar 0,5 sampai 1,0 mm. Berdasarkan pewarnaan gram, bakteri dibagi menjadi dua yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif. Keduanya mempunyai respon yang berbeda terhadap antibiotik karena adanya perbedaan struktur dan komposisi dari dinding selnya (4,5). yang mengandung fosfolifid, protein dan lipopolisakarida (LPS). LPS terletak pada lapisan luar dan merupakan karakteristik bakteri Gram negatif (Rostinawati, 2009).
Menurut Kirk dan Lauerman (1994) dalam Sugirini (2010) bahwa Streptococcus agalactiae termasuk salah satu mayor patogen yang bisa menyebabkan mastitis subklinis. Secara ekonomis bakteri ini sangat merugikan bagi peternak, karena bisa menyebabkan penurunan produksi susu yang sangat signifikan (sekitar 10 - 20%) dan menurunkan kualitas susu secara umum serta secara signifikan akan meningkatkan jumlah sel somatic (SCC) pada suatu peternakan atau kelompok ternak yang terinfeksi Secara umum bakteri ini sangat mudah dieradikasi di suatu Peternakan karena sangat sensitive terhadap antibiotika golongan Penisilin, namun pengobatan tidak akan efektif jika manajemen pemerahan tidak dijalankan dengan baik sehingga akan menyebabkan kerugian secara ekonomi akibat biaya pengobatan, tenaga kesehatan hewan dan susu yang terbuang akibat adanya residu antibiotika pada susu.
Sugirini (2010) Streptococcus aureus menyebabkan masalah sebagai berikut :
a. Sangat infeksius karena sangat mudah menular dari satu sapi ke sapi yang lainnya.
b. Pengobatan dengan antibiotika kurang efektif (tidak bisa sembuh sendiri dan angka kesembuhan rendah) karena karakteristik dari Streptococcus aureus adalah menginfeksi jaringan dalam ambing (deep site infection) bukan di dalam kelenjar ambing dan membentuk micro abses sehingga mempersulit antibiotika untuk mencapai daerah terinfeksi. Dan sebagian besar sudah resisten terhadap beberapa jenis antibiotika umum.
c. Meningkatkan jumlah sel somatic (SCC) serta menurunkan kualitas dan produksi susu secara signifikan.
d. Dan yang paling utama adalah masalah yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, yaitu bakteri ini bisa menghasilkan enterotoxin yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Penyakit yang mewabah pada budidaya ikan nila di Jawa Barat dan beberapa pulau di Indonesia pada tahun-tahun belakangan ini adalah penyakit Streptococcosis (Taukhid,2009). Penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae, yang menyerang otak, mata, dan ginjal ikan. Infeksi S. Agalactiae menyebabkan meningitis neonatal pada manusia dan mastitis pada sapi (Elliott et al.,1990; Bohnsack et al., 2004; Lindahl et al.,2005).
Bakteri ditemukan pada hewan mamalia laut dan bersifat patogen bagi hewan mamalia teresterial dan ikan. Bakteri diinjeksikan ke ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat menyebabkan 90% ikan mati. Wabah S. agalactiae bersifat akut, menyebabkan ikan budidaya mati 100% pada 14 hari pascainfeksi. (Evans et al., 2006).
Beberapa strain dari S. Agalactiae menunjukkan kemampuan β-hemolitik pada media agar darah, meskipun pada beberapa strain tidak memiliki kemampuan hemolitik, yaitu bakteri strain Ib yang berasal dari manusia, sapi dan ikan. Pada uji kimiawi dan analisis protein dalam sel diketahui bahwa ada
perbedaan antara S. agalactiae yang berasal dari ikan dengan S. agalactiae dari manusia dan sapi (Wilkinson et al., 1973). Sedangkan Elliot et al. (1990) tidak menemukan adanya perbedaan dalam protein sel pada strain S. agalactiae yang berasal dari ikan, tikus, dan manusia.
Sheehan et al., (2009) mengelompokan S. Agalactiae dalam dua tipe yaitu tipe 1 (β-hemolitik) dan tipe 2 (non-hemolitik). Bakteri S. Agalactiae tipe 1 tumbuh baik (cepat) pada suhu 37oC dan mampu menghidrolisis gula lebih banyak sedangkan bakteri tipe 2 memiliki sifat yang bertolak belakang dengan tipe 1. Bakteri tipe 2 lebih ganas dibandingkan dengan tipe 1 dilihat dari kemampuan menyebabkan kematian pada
ikan. Selain itu penyebaran bakteri tipe 2 lebih luas dan hampir ditemukan di beberapa wilayah di Asia seperti China, Indonesia, Vietnam, dan Philippina juga di wilayah Amerika Latin seperti Ekuador, Honduras, Mexico dan Brazil.
Evans et al., (2006) menunjukkan hasil pengamatan bahwa S. agalactiae menyebabkan 90% kematian dalam 6 hari setelah injeksi. Gejala tingkah laku ikan nila sebelum mati terlihat seperti berenang lemah dan berada di dasar akuarium, respon terhadap pakan lemah,
berenang whirling (menggelepar), tubuh
membentuk huruf “C”, perubahan pada warna tubuh, dan bukaan operkulum menjadi lebih cepat.
Taukhid (2009) berhasil mengisolasi S. agalactiae dari ikan nila yang berasal dari beberapa daerah seperti Cirata, Klaten, Kalimantan, Sulawesi, dan Aceh. Gejala klinis yang tampak pada ikan-ikan yang terinfeksi S. agalactiae ini adalah clear operculum, berenang whirling, warna tubuh menjadi gelap dan pada kasus kronis ikan yang ditemukan mengalami eksoptalmia.
Menurut Chervinski (1982) dalam Setiawati (2003) bahwa nila merah (tilapia) merupakan salah satu komoditi yang dapat dikembangkan, karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya selain tumbuh cepat, juga toleran terhadap suhu rendah maupun tinggi dan bersifat euryhalin.
Usaha budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang cukup dalam jumlah dan kualitasnya untuk mendukung kualitas yang maksimal. Faktor pakan menentukan biaya produksi mencapai 60–70% dalam usaha budidaya ikan sehingga perlu pengelolaan yang efektif dan efisien (Handajani, 2011).
Menurut Wedemeyer (1996) dalam Iskandar (2011) ikan nila merupakan komoditas perairan darat yang banyak digemari oleh masyarakat, baik lokal maupun mancanegara. Untuk meningkatkan produksi ikan nila, budidaya secara intensif perlu dilakukan dengan pemberian makanan yang berkualitas, kualitas air juga diperhatikan. Pada budidaya ikan nila selain keberadaan oksigen, NH3 merupakan faktor penghambat pertumbuhan, pada tingkat konsentrasi 0,18 mg/l dapat menghambat pertumbuhan ikan .
Ikan nila (Oreochromis sp) sudah lama dikenal oleh masyarakat luas sebagai ikan konsumsi dan
mengandung gizi yang hampir sama dengan jenis ikan air tawar lainnya (Sangihe, 2010).
Selain itu ikan nila memiliki keunggulan antara lain mudah dikembangbiakan dan daya kelangsungan hidup tinggi, pertumbuhan relatif cepat dengan ukuran badan relatif besar, serta tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan (Taftajani, 2010).
Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal, nila juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras
alirannya, di waduk, danau, rawa, sawah, tambak air payau, atau di dalam jaring terapung di laut. Termasuk di kolam beton dan kolam terpal (Sangihe, 2010)
Menurut Suyanto (1993) dalam Sinta (2010) kualitas air yang kurang baik mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Dalam usaha budidaya ikan nila (Oreochromis sp) ketersediaan air dan kualitas air merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usaha budidaya ikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempermudah melihat bentuk jasad renik, memperjelas ukuran dan bentuk jasad renik dan melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri yang diamati.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Dasar Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya pada hari Rabu, 02 Nopember 2016 pukul 15.30-17.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini yaitu mikroskop, kaca preparat, pinset, akuarium, aerator, bunsen, jarum ose, cawan petri, suntikan.
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu ikan nila, bakteri Streptococcus agalactiae.
Cara Kerja
Persiapan pembuatan media TPC (Total Plate Counter).
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Lalu, timbang BHIA (Bran Heart Infecsi Agar) sebanyak 37,6 gram tambahkan akuades sebanyak 800 ml dan untuk 18,8 gram tambahkan akuades 400 ml.
3. Setelah itu timbang BHIA (Bran Heart Infecsi Broth) sebanyak 0,37 gram tambahkan akuades sebanyak 10 ml dan untuk 3,3 gram tambahkan akuades 900 ml.
4. Setelah ditambah akuades masing - masing media di homogenkan di hotplet.
5. Lalu didinginkan selama 15 menit.
6. Kemudian tuangkan ke cawan petri teteskan Streptococcus agalactiae.
7. Diamkan selama 48 jam lalu amati jumlah koloni.
Persiapan gejala klinis
1. Siapkan akuarium ukuran 30x30x30 cm.
2. Lalu isi air sebanyak 15 liter..
3. Endapkan air tersebut selama 3 hari dan dipasang aerasi.
4. Kemudian masukkan ikan nila.
5. Lalu, suntikkan bakteri Sterptococcus agalactiae ke ikan nila (Oreochromis sp).
6. Lakukan pengamatan gejala klinis selama 3 hari. Catat hasil pengamatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini akan dilakukan pengamatan jumlah koloni dan gejala klinis pada ikan nila (Oreochromis sp).
Tabel 1. Perhitungan TPC (Total Plate Counter).
Pengencer
|
Total Koloni
|
1
|
TBUD
|
2
|
TBUD
|
3
|
108
|
4
|
TBUD
|
5
|
TBUD
|
6
|
104
|
7
|
100
|
8
|
TBUD
|
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa jumlah TPC (Total Plate Counter) adalah 68 CFU/ml. Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pada sampel. Angka lempeng total yaitu jumlah bakteri Streptococcus agalactiae yang hidup pada sampel. Bakteri Streptococcus agalactiae adalah golongan bakteri yang tumbuh baik pada suhu 37˚C. Pada penelitian sebelumnya alat disterilisasi terlebih dahulu pada autoclave selama 15 menit pada suhu 121˚C agar semua alat dan bahan yang akan digunakan steril/tidak ada mikroorganisme penganggu sehingga tidak akan mempengaruhi hasil akhir. Sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang tidak diinginkan yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Media yang digunakan adalah BHIA (Bran Heart Infecsi Broth).
Tabel 2. Gejala Klinis Ikan Nila (Oreochromis sp).
Gambar Ikan
|
Gejala Klinis
|
Ikan mendekati aerator
| |
Ikan sulit untuk berenang
| |
Ikan memiliki luka sedikit dibagian tubuhnya
|
Taukhid (2009) berhasil mengisolasi S. agalactiae dari ikan nila yang berasal dari beberapa daerah seperti Cirata, Klaten, Kalimantan, Sulawesi, dan Aceh. Gejala klinis yang tampak pada ikan-ikan yang terinfeksi S. agalactiae ini adalah clear operculum, berenang whirling, warna tubuh menjadi gelap dan pada kasus kronis ikan yang ditemukan mengalami eksoptalmia.
Menurut Pratama (2009), ikan nila mempunyai nilai bentuk tubuh yang pipih kearah vertical (kompres) dengan profil empat persegi panjang kearah posterior, posisi mulut terletak di ujung/termal. Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan nila adalah tipe scenoid. Ikan nila juga ditandai dengan jari- jari dorsal yang keras, begitupun bagian awalnya. Dengan posisi siap awaldibagian belakang sirip dada (abdormal).
Pada sirip ekor tampak jelas garis-garisyang vertical dan pada sirip punggungnya garis terlihat condong lekuknya. Cirikan nila adalah garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip, ekor, punggungdan dubur. Pada bagian sirip caudal/ ekor yang berbentuk membulat warna merahdan biasa digunakan sebagai indikasi kematangan gonad.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa jumlah TPC (Total Plate Counter) adalah 68 CFU/ml. Pada sirip ekor tampak jelas garis-garisyang vertical dan pada sirip punggungnya garis terlihat condong lekuknya. Cirikan nila adalah garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip, ekor, punggungdan dubur. Pada bagian sirip caudal/ ekor yang berbentuk membulat warna merahdan biasa digunakan sebagai indikasi kematangan gonad.
DAFTAR PUSTAKA
Areschoug T. 2005. Surface proteins of Streptococcus agalactiae and related proteins in other bacterial pathogens. Clinical Microbiology 18:102-127
Evans JJ, Pasnik DJ, Klesius PH, Al-Ablani S. 2006. First report of Streptococcus agalactiae and Lactococcus garvieae from a wild bottlenose dolphin (Tursiops truncates). Journal of Wildlife Diseases. 42(3) : 561-569.
Handajani, Hany. 2011. Optimalisasi Subsitusi Tepung Azolla Terfermentasi pada Pakan Ikan untuk Meningkatkan Produktivitas Ikan Nila Gift. Jurnal Teknik Industri. 12(2) :177–181.
Handajani. 2011. Satiation time, appetite and maximum food intake of socheye salmon (Onchorhyncus nerka). J. Fish. Bd. Canada, 28: 409-415.
Iskandar. 2011. Nila merah mempunyai prospek yang cerah dan budidaya nila merah di tambak. Techner (II) No. 10, Jakarta.
Rostinawati, Tina. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus dengan Metode Difusi Agar. Skripsi. Jatinangor: Universitas Padjajaran.
Sangihe. 2010. Prosedur Statistik Untuk Pertanian. Edisi Kedua. Terjemahan : E.Sjamsuddin dan J.S. Baharsjah. Jakarta : UI-Press.
Setiawati, M. 2003. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) yang dipelihara pada Media Bersalinitas. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 2(1): 27-30.
Taftajan. 2010. Biokimia Enzim. Jakarta : Penerbit Wijaya Medika.
Taukhid. 2009. Efektivitas pemberian vaksin Streptococcus spp. Pada benih ikan nila (Oreochromis niloticus) melalui teknik perendaman untuk pencegahan penyakit Streptococcosis. Laporan Penelitian Hibah Penelitian Bagi Peneliti dan Perekayasa Departemen Kelautan dan Perikanan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Pusat Riset Perikanan Budidaya Depertemen Kelautan dan Perikanan. Lindahl, G, Stalhammar-Carlemalm M. 4(3) : 561-569
click reference sex toys,vibrators,dildo,realistic dildo,dildos,dildos,dildos,dildos,dildo blog
BalasHapus