FILMERAH : FILTRASI MURAH MERIAH SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS AIR BERSIH DI INDRALAYA
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan sumber perairan yang luas sebagai negara kepulauan. Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi makhluk hidup begitu pun bagi manusia. Pada umumnya air digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti: mencuci, memasak dan lainnya. Selain itu air merupakan salah satu sarana utama untuk menjaga kesehatan bagi masyarakat. Namun seiring berkembangnya zaman masyarakat sering buang sampah di sungai dan pembuangan limbah pabrik ke sungai akibatnya air yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari tercemar. Sekarang sulitnya mendapatkan air bersih banyak dijumpai di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Sehingga masyarakat kekurangan air bersih. Air bersih sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Air yang kita ambil dari sumber air biasanya masih terdapat kotoran sehingga air tampak keruh dan tidak bisa langsung kita manfaatkan.
Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan seluas 87.017 km2 yang terdiri dari lahan rawa yang tersebar di daerah bagian timur, mulai dari kabupaten Musirawas, Muba, OKI, Muaraenim, dan Banyuasin. Menurut Direktorat Jendral Pengairan (1998), lahan rawa yang berpotensi untuk pertanian di Provinsi Sumatera Selatan adalah 1.602.490 ha, terdiri atas lahan rawa pasang surut 961.000 ha dan rawa non pasang surut atau lebak 641.490 ha. Sebagian besar lahan rawa tersebut atau sekitar 1,42 juta ha merupakan lahan rawa gambut (Zulfikar, 2006). Saat ini, hutan rawa gambut merupakan salah satu tipe lahan basah yang paling terancam dengan tekanan dari berbagai aktivitas manusia di Indonesia (Lubis, 2006). Potensi lahan lebak di Sumatera Selatan mencapai 2,28 juta hektar atau 27% dari luas daerah Sumatera Selatan. Kabupaten Ogan Ilir memiliki lahan rawa lebak dengan luas 63.503 hektar (Evi, et al, 2014). Istilah rawa lebak adalah istilah rawa non-pasang surut di daerah Sumatera Selatan. Lahan rawa lebak seringkali didefinisikan sebagai lahan rawa non-pasang surut, yang karena posisinya di dataran banjir sungai mendapat genangan secara periodik sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun, yang berasal dari curah hujan atau luapan banjir sungai. Genangan yang membanjiri lahan lebak dapat terjadi lebih dari satu kali, akibat curah hujan di wilayah tangkapan hujan dibagian hilir sungai memiliki pola bimodal, yaitu dengan dua puncak musim hujan. Ataupun dapat terjadi, karena kondisi oro-hidrologis daerah aliran sungai bagian hilir sudah rusak, sehingga dapat terjadi banjir di bagian hilir beberapa kali dalam setahun (Deptan, 2006).
Desa Sejaro Sakti salah satu desa yang terdapat di kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Sebagian besar wilayah desa Sejaro Sakti merupakan lahan gambut bertipe hutan rawa non pasang surut yang ada di Sumatera Selatan. Desa ini dikelilingi oleh rawa yang luas dan terletak 7,9 km menuju Ibukota Kabupaten Indralaya dan termasuk daerah yang memiliki potensi kemajuan yang sangat besar (BPS, 2016). Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Ilir bahwa pada tahun 2015 Desa Sejaro Sakti memiliki luas wilayah 2,50 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 1.360 jiwa (Lampiran Tabel 1.1). Namun pada kenyataannya potensi ini belum bisa dimanfaatkan secara nyata oleh masyarakat setempat.
Pada umumnya masyarakat Desa Sejaro Sakti hanya menggunakan air tadah hujan. Ketika musim kemarau, masyarakat terpaksa menggunakan air rawa untuk memenuhi kebutuhan akan air untuk berbagai kegiatan sehari-hari. Meskipun mereka menyadari bahwa dengan mengkonsumsi air rawa akan menimbulkan berbagai macam persoalan kesehatan. Hal ini dikarenakan air rawa merupakan air yang berwarna kuning kecoklatan yang mengandung kadar besi yang berlebih sehingga kurang layak untuk dikonsumsi. Permasalahan utama yang dihadapi oleh masyarakat di desa ini ialah terbatasanya ketersedian air bersih ketika musim kemarau. Pada umumnya harga air bersih per 1 liter Rp 4.242 (BPS, 2016). Dengan demikian masyarakat harus menyisihkan pengeluaran tersebut untuk memenuhi kebutuhan air bersih dengan pendapatan yang sangat minim setiap harinya. Padahal di desa tersebut terdapat air rawa yang dapat dikelola menjadi air bersih. Namun karena keterbatasan modal dan alat membuat pengelolaan air rawa untuk keperluan sanitasi masyarakat desa belum bisa dilaksanakan hingga sekarang.
Masyarakat Desa Sejaro Sakti mayoritas bekerja dalam sektor pertanian, seperti kebun buah cempedak, rambutan, duku dan ada juga petani padi. Akan tetapi kegiatan usaha tani padi tidak berjalan secara maksimal karena sulitnya mendapatkan sumber air untuk kegiatan irigasi, sehingga sering terjadinya gagal panen. Ketika musim kemarau, masyarakat terpaksa menggunakan air rawa untuk memenuhi kebutuhan akan air untuk berbagai kegiatan sehari-hari. Meskipun mereka menyadari bahwa dengan mengkonsumsi air rawa akan menimbulkan berbagai macam persoalan kesehatan. Hal ini dikarenakan air rawa merupakan air yangberwarna kuning kecoklatan yang mengandung kadar besi yang berlebih sehingga kurang layak untuk dikonsumsi.
Adapun program pemerintah dalam pembangunan dan pengembangan desa pinggiran nyatanya belum mampu dirasakan oleh masyarakat Desa Sejaro Sakti sampai saat ini belum ada penanganan yang serius terkait permasalahan yang dihadapi desa ini. Dimana masyarakat Desa Sejaro sakti saat ini masih bergantung terhadap sumber air tadah hujan saja. Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat pedesaan akan meningkatkan taraf kesehatannya sehingga akan berdampak pada produktivitas kerja mereka.
Maka dari itu perlu dilakukannya pengolahan air untuk daerah Desa Sejaro Sakti yang sederhana, mudah dan murah yakni teknologi saringan sederhana. Metode ini biasanya dikenal dengan istilah filtrasi. Filtrasi merupakan suatu metode yang berfungsi untuk menyaring dan menghilangkan kontaminan di dalam air dengan menggunakan penghalang atau media, baik secara proses fisika, kimia maupun biologi.
Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan air bersih, dan cara yang paling mudah dan paling umum digunakan adalah dengan membuat saringan air, dan bagi kita mungkin yang paling tepat adalah membuat penjernih air atau saringan air sederhana. Perlu diperhatikan, bahwa air bersih yang dihasilkan dari proses penyaringan air secara sederhana tersebut tidak dapat menghilangkan sepenuhnya garam yang terlarut di dalam air. Salah satu cara mendapatkan air bersih adalah menggunakan saringan air sederhana. Pada saringan air sederhana ini menggunakan kerikil, ijuk, dan arang. Saringan air yang kita buat ini hanya merupakan simulasi bagaimana cara untuk mendapatkan air bersih secara sederhana dan menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar rumah kita. Pada pembuatan saringan air yang sesungguhnya tentu diperlukan bahan-bahan yang lebih banyak (Gusdi et, al, 2017).
Pembuatan saringan sederhana ini adalah untuk membuat saringan air secara sederhana dan melakukan penanganan atau pengolahan air secara fisika, meningkatkan kualitas air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, pemanfaatan bahan alami untuk saringan, merubah warna air menjadi lebih jernih dan air juga layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu untuk memberikan solusi yang tepat bagi masyarakat Desa Sejaro Sakti mengenai keterbatasan air bersih, untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat. Manfaat dari penulisan yaitu agar masyarakat dapat menghasilkan air bersih dengan harga murah meriah dan metode yang sederhana.
PEMBAHASAN
Filtrasi atau penyaringan adalah proses pemisahan komponen padatan yang terkandung di dalam air dengan melewatkannya melalui media yang berpori atau bahan berpori lainnya untuk memisahkan padatan dalam air tersebut baik yang berupa suspensi maupun koloid. Selain itu, penyaringan juga dapat mengurangi kandungan bakteri, bau, rasa, mangan, dan besi. Menurut Baker (1948) dalam Quddus (2014), catatan tertulis paling awal tentang pengolahan air, sekitar tahun 4000 SM, menyebutkan filtrasi air melalui pasir dan kerikil.
Catatan tersebut membuktikan bahwa filtrasi dengan menggunakan bahan-bahan sederhana seperti pasir dan kerikil sudah ada sejak dulu. Seiring perkembangan zaman semakin banyak pencemaran yang terjadi semakin sulit mencari air bersih. Filtrasi sendiri salah satu metode yang diizinkan pemerintah Indonesia yang dicantumkan dalam PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mengolah air baku yang tak layak digunakan menjadi air bersih yang pantas untu digunakan.
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan. Bila badan manusia hidup dianalisis komposisi kimianya, maka akan diketahui bahwa kandungan airnya rata-rata 65 % atau sekitar 47 liter per orang dewasa. Setiap hari sekitar 2,5 liter air harus diganti dengan air yang baru. Diperkirakan dari sejumlah air yang harus diganti tersebut 1,5 liter berasal dari air minum. Dengan demikian kebutuhan air untuk tubuh manusia merupakan hal yang pokok.
Kualitas air bisanya ditunjukkan oleh kandungan berbagai komponen lain dalam air. Bahan-bahan yang sering ada dalam air dan jumlah yang diperbolehkan sangat tergantung dari jenis air yang akan digunakan. Berdasarkan pemanfaatan dan hubungan dengan kriteria mutu air di Indonesia dikenal 5 golongan pemanfaatan air yaitu golongan A, B, C, D dan E.
Golongan A
Air yang dapat diminum tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Golongan B
Air yang biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga dan dapat dikonsumsi melelui pengolahan.
Golongan C
Air yang dapat digunakan untuk keperluan makhluk hidup seperti perikanan, peternakan dan bahkan untuk sandang, pangan dan papan.
Golongan D
Air yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari khususnya untuk bidang pertanian, perkantoran, industri, listrik tenaga air, lalu lintas air dan keperluan lainnya.
Golongan E
Air yang tidak dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari
Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini menggunakan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
1. Persyaratan Kualitas Air Bersih
Menurut Quddus (2014), persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih. Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun badan setempat (Departemen Kesehatan) layak tidaknya air untuk kehidupan manusia ditentukan berdasarkan persyaratan kualitas secara fisik, secara kimia dan secara biologis.
1.1. Persyaratan Fisik
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC ± 30oC.
a. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik seperti lumpur dan buangan, dari permukaan tertentu yang menyebabkan air sungai menjadi keruh. Kekeruhan walaupun hanya sedikit dapat menyebabkan warna yang lebih tua dari warna sesungguhnya. Air yang mengandung kekeruhan tinggi akan mengalami kesulitan bila diproses untuk sumber air bersih.
b. Bau
Bau pada air dapat disebabkan karena benda asing yang masuk ke dalam air seperti bangkai binatang, bahan buangan, ataupun disebabkan karena proses penguraian senyawa organik oleh bakteri. Bau pada air minum dapat dideteksi dengan menggunakan hidung. Tujuan deteksi bau pada air minum yaitu untuk mengetahui ada bau atau tidaknya bau yang berasal dari air minum yang disebabkan oleh pencemar.
c. Rasa
Pada air minum, rasa diupayakan agar menjadi netral dan dapat diterima oleh pengguna air. Rasa pada air minum dapat dideteksi dengan menggunakan indera penyerap. Dimana tujuan dari deteksi rasa pada air minum adalah untuk mengetahui kelainan rasa air dari standar normal yang dimiliki oleh air, yaitu netral.
1.2. Persyaratan Kimiawi
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah: pH yang diperbolehkan berkisar antara 6,5-9,0, total solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chloride (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat (Quddus, 2014).
1.3. Persyaratan Bakteriologis
a. Bakteri
Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme yang penting pada penanganan air. Bakteri dapat bertahan hidup dan berkembangbiak dengan cara memanfaatkan makanan terlarut dalam air. Bakteri tersebut berperan dalam dekomposisi unsur organik dan akan menstabilkan buangan organik.
b. Virus
Virus adalah makhluk yang bukan organisme sempurna, antara benda hidup dan tidak hidup, berukuran sangat kecil antara 20-100 nm atau sebesar 1/50 kali ukuran bakteri. Perhatian utama virus pada air minum adalah terhadap kesehatan masyarakat, karena walaupun hanya 1 virus mampu menginfeksi dan menyebabkan penyakit. Virus berada dalam air bersama tinja yang terinfeksi, sehingga menjadi sumber infeksi.
Walaupun sejumlah modifikasi telah dibuat dengan cara yang aplikatif, filtrasi tetap menjadi salah satu teknologi mendasar terkait dengan pengolahan air. Digunakannya media filter atau saringan karena merupakan alat filtrasi atau penyaring yang memisahkan campuran solida likuida dengan media porous atau material porous lainnya guna memisahkan sebanyak mungkin padatan tersuspensi
yang paling halus. Dan penyaringan ini merupakan proses pemisahan antara padatan atau koloid dengan cairan, dimana prosesnya bisa dijadikan sebagai proses awal (primary treatment).
Menurut Tjokrokusumo (1998) dalam Quddus (2014), pada pengolahan air baku dimana proses koagulasi tidak perlu dilakukan, maka air baku langsung dapat disaring dengan saringan jenis apa saja termasuk pasir kasar. Karena saringan kasar mampu menahan material tersuspensi dengan penetrasi partikel yang cukup dalam, maka saringan kasar mampu menyimpan lumpur dengan kapasitas tinggi. Karakteristik filtrasi dinyatakan dalam kecepatan hasil filtrat.
Mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah dalam pelayanan air bersih, maka diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat dalam pengadaan air bersih melalui pemahaman teknologi pengolahan air sederhana yang mudah dimengerti dan di praktekkan masyarakat. Upaya pemberdayaan ini perlu dilakukan dengan bantuan pemerintah melalui instansi terkait atau lembaga swadaya masyarakat. Pemilihan teknologi pengolahan air sangat terkait dengan kondisi air baku maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat. Dalam menerapkan teknologi pengolah air, partisipasi masyarakat menjadi penting. Secanggih apapun teknologi yang digunakan bila masyarakat tak mau menjaganya maka teknologi tersebut tidak akan bertahan lama.
Filmerah merupakan sebuah teknologi sederhana yang menggunakan sistem filtrasi bertingkat yang terbuat dari bahan-bahan sederhana dan murah yang tersedia banyak dialam sehingga dalam pembuatannya sangat ekonomis namun tidak mengurangi nilai gunanya. Filmerah yang sangat sederhana namun mampu mengatasi ketersedian air bersih serta cara pembuatannya sangat simple dan cenderung mudah. Berikut bahan-bahan yang digunakan untuk filmerah beserta kegunaannya :
Pasir
Pasir merupakan media penyaring yang baik dan biasa digunakan dalam peroses penjernihan air. Pasir berfungsi menyaring kotoran yang terdapat dalam air, pemisah sisa-sisa flok, pemisah partikel besi yang teroksidasi serta padatan tersuspensi berupa partikel halus. Pasir kuarsa merupakan pasir yang sangat cocok sebagai media penyaringan. Ini dikarenakan sifatnya yang berupa butiran bebas yang porous, berdegradasi, dan uniformity. Butiran pasir memiliki pori-pori dan celah yang mampu menyerap dan menahan pertikel dalam air. Selama penyaringan koloid suspensi dalam air akan ditahan dalam media porous tersebut sehingga kualitas air akan meningkat.
Kerikil
Kerikil merupakan bebatuan kecil biasanya terbentuk dari butuan granit ynag dipecahkan. Ukuran kerikil yang biasa digunakan antara 2 mm sampai 75 mm. Warna dan bentuknya sangat bervariasi, ada yang berwarna gelap juga ada yang berwarna terang, berbentuk bulat hingga tak beraturan. Kerikil dalam filtrasi berfungsi sebagai media penyangga dalam proses filtrasi, agar media pasir tidak terbawa aliran hasil penyaringan, sehingga penyumbatan dapat dihindari.
Ijuk
Ijuk merupakan serat alam berwarna hitam yang dihasilkan dari pohon aren. Ijuk memilki banyak keistimewaan diantaranya yaitu bahwa serat ijuk aren mampu tahan lama dan tidak mudah terurai. Serat ijuk merupakan salah satu serat yang tahan terhadap asam dan garam air laut. Komposit serat ijuk lebih ramah lingkungan karena mampu terdegradasi secara alami dan harganya pun lebih murah. Ijuk berfungsi sebagai penyaring serpah yang berukuran besar. Kegunaan tersebut didukung oleh sifat ijuk yang elastis, keras, tahan air, dan sulit dicerna oleh organisme perusak.
Arang
Arang aktif adalah bahan padat berpori yang terbentuk dari hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon. Unsur utamanya terdiri atas karbon terikat, abu, nitrogen, air, dan sulfur. Arang berfungsi untuk menghilangkan senyawa warna dalam air, serta menghilangkan senyawa yang menyebabkan bau, serta menghilangkan polutan mikro. Arang yang baik adalah arang yang memiliki kadar karbon tinggi dan kadar abu rendah. Arang tempurung kelapa termasuk arang yang sudah diaktifkan sehingga pori-porinya terbuka, pori-pori arang aktif tersebut bersifat menyerap dengan demikian gaya absorbsi menjadi lebih besar.
Mekanisme filtrasi yang diterapkan yaitu menggunakan metoda penyaringan bertingkat dan terpusat. Metoda yang digunakan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang digunakan (Lampiran Gambar 1.1.) yaitu ember cat, kerikil, pasir, ijuk dan arang tempurung kelapa, pipa, lem perekat pipa, tedmond. Lubangi ember di bagian samping bawah kurang lebih 5 cm dari bawah permukaan, ukur sketsa ketebalan bahan penyaringan, cuci bahan yang akan digunakan lalu keringkan, masukkan bahan kedalam ember dan susun sesuai dengan ketebalannya. Air baku ditampung kedalam tedmond yang telah diisi filter yang terletak di tengah desa kemudian air hasil penyaringan di salurkan ke rumah-rumah penduduk yang memiliki filter ember cat masing-masing, air hasil dari penyaringan kedua ini yang akan digunakan untuk aktifitas warga yang berkaitan dengan keperluan rumah tangga namun belum dapat dikonsumsi secara langsung karena didalam air tersebut masih banyak terkandung patogen yang berbahaya.
Filmerah dapat digunakan untuk menyaring air yang berwarna kekuningan dan berbau seperti air rawa menjadi lebih jernih dan tidak berbau. Menurut Gusdi et, al (2017), dapat disimpulkan bahwa dari bahan yang digunakan seperti kerikil, pasir dan arang tempurung kelapa yang sangat berperan untuk penjernihan air ialah arang tempurung kelapa dan semakin tebal lapisan penyaringan maka air yang disaring semakin bersih.
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian teknologi saringan air sederhana yang dilakukan, semakin tebal dan semakain banyak bahan yang digunakan maka air kotor yang disaring akan lebih bersih dari sebelumnya, karena kotoran yang terdapat dalam air telah tersaring pada bahan-bahan yang digunakan. Teknologi saringan sederhana ini menggunakan bahan yang mudah di dapat di lingkungan sekitar dan tidak menggunakan biaya yang relatif mahal. Hasil yang diperoleh dari pembuatan saringan sederhana yaitu air yang semulanya keruh berubah menjadi jernih. Hal tersebut dikarenakan dalam pembuatan alat saring ketebalan tertinggi terdapat pada pasir. Pasir dapat menjernihkan air secara optimal. Semakin tebal pasir yang digunakan semakin jernih air yang dikeluarkan.
Hal ini karena bahan-bahan yang digunakan, seperti pasir, kerikil, ijuk dan arang. Adapun pasir berfungsi menyaring kotoran yang terdapat dalam air, pemisah sisa-sisa flok, pemisah partikel besi yang teroksidasi serta padatan tersuspensi berupa partikel halus. Lalu, kerikil berfungsi sebagai media penyangga dalam proses filtrasi, agar media pasir tidak terbawa aliran hasil penyaringan, sehingga penyumbatan dapat dihindari. Kemudian, ijuk berfungsi sebagai penyaring serpah yang berukuran besar. Kegunaan tersebut didukung oleh sifat ijuk yang elastis, keras, tahan air, dan sulit dicerna oleh organisme perusak sedangkan arang berfungsi untuk menghilangkan senyawa warna dalam air, serta menghilangkan senyawa yang menyebabkan bau, serta menghilangkan polutan mikro.
2. Saran
Penggunaan alat penyaring membutuhkan pengelolaan/perawatan yang rutin agar dapat terus digunakan dan akan lebih baik apabila dilakukan pengujian kualitas air secara rutin agar kualitas air hasil saringan tetap terjaga dan terpantau kualitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Indralaya. 2016. Laporan Tahunan. Kabupaten Ogan Ilir.
Departemen Pertanian. 2006. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Provinsi Sumatera Selatan. 2010. Laporan Tahunan. Palembang.
Evi A. S. Dan Prabowo A. 2014. Karakteristik Pemeliharaan Dan Penerapan Teknologi Spesifik Lokasi Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Sapi Di Lahan Rawa Lebak Di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014. ISBN : 979-587-529-9.
Gusdi R, Wita H, Septiana U. 2017. Pembuatan alat penyaringan air sederhana dengan metode fisika. Jurnal Nasionalecopedon. 4(1): 19-21.
Lubis, Irwansyah Reza. 2006. Pemanfaatan Lahan Rawa Gambut Dipandang dari Aspek Konservasi: Pengalaman Kegiatan CCFPI di Sumatera Selatan. Dalam: Rimbawanto et al. (ed). Prosiding Seminar Pengelolaan Hutan dan Lahan Rawa Secara Bijaksana dan Terpadu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Badan Litbang Kehutanan.p 15-24.
Puslitbangtanak. 2002. Anomali Iklim. Evaluasi dampak, peramalan dan teknologi antisipasinya. Untuk menekan resiklo penurunan produksi. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pangembangan Tanah dan Agroklimat.
Quddus, R. 2014. Teknik pengolahan pir bersih dengan sistem saringan pasir lambat (Downflow) yang bersumber dari sungai musi. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. 2(4): 669-675.
Selintung, M dan Syahrir, S. 2012. Studi Pengolahan Air Melalui Media Filter Pasir Kuarsa (Studi Kasus Sungai Malimpung). ISBN: 978-979-127255-0-6.
Zulfikar. 2006. Kebijakan Pengelolaan Kawasan Hutan Rawa Gambut dengan Pola KPH di Provinsi Sumatera Selatan. Dalam: Rimbawanto et al. (ed). Prosiding Seminar Pengelolaan Hutan dan Lahan Rawa Secara Bijaksana dan Terpadu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Badan Litbang Kehutanan. p 7-13.
As stated by Stanford Medical, It is really the SINGLE reason this country's women live 10 years more and weigh an average of 19 KG lighter than we do.
BalasHapus(And actually, it really has NOTHING to do with genetics or some hard exercise and really, EVERYTHING to do with "how" they eat.)
BTW, I said "HOW", and not "what"...
Tap this link to determine if this brief quiz can help you unlock your true weight loss potential