BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air bersih merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, sehingga ketersediaan air bersih sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Pengaruh dari ketersediaan air bersih tidak hanya pada kebutuhan rumah tangga, tetapi berpengaruh pada sektor sosial, ekonomi, maupun fasilitas umum, seiring dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Peningkatan pertumbuhan penduduk, berkaitan erat dengan terjadinya kepadatan penduduk yang mempengaruhi aktifitas, perkembangan dalam segi ekonomi, sosial, dan pengembangan fasilitas umum, sehingga tingkat kebutuhan air bersih akan meningkat pula. Namun pada kenyataannya kualitas dan kuantitas sumber air berbanding terbalik dengan peningkatan pertumbuhan penduduk, khususnya di daerah pedesaan (Nelwan, 2013).
Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan bagi hajat hidup orang banyak, bahkan untuk semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan haruslah dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan dan diaplikasikan pada seluruh pengguna air. Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dimana terdapat dalam berbagai bentuk misalnya uap air, es, cairan dan salju. Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinyu (Effendi, 2004).
Air merupakan zat yang tidak berbau, tidak berwarna dan juga tidak berasa. Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah-limpah. Meskipun demikian, ketersediaan air yang memenuhi persyaratan bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air adalah meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik dan kegiatan lainnya dapat memberikan dampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena itu, sangat diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara tepat (Effendi, 2004).
Penelaahan parameter kualitas lingkungan, termasuk kualitas air memerlukan suatu pengetahuan dan pemahaman yang kompleks tentang pengertian (terminologi) parameter kualitas lingkungan, keterkaitan antara parameter serta peran dari parameter-parameter tersebut dalam keseimbangan lingkungan (Effendi, 2004).
Pengelolaan suatu sumber daya air sangatlah penting sehingga dapat dimanfaatkan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dapat dilakukan adalah dengan pemantauan dan interpretasi data kualitas air yang mencakup fisika, kimia dan biologi. Akan tetapi, sebelum dilakukan kegiatan pengelolaan, maka sangatlah diperlukan pemahaman yang baik tentang terminologi, karakteristik serta interkoneksi dari parameter-parameter kualitas air. Oleh karena itu, dengan adanya Fisika Kimia Perairan ini diharapkan dapat mengetahui serta memahami karakteristik dari suatu perairan terutama yang berhubungan dengan sifat-sifat fisika-kimia air (Effendie, 2004).
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui prosedur dalam penganalisaan DO air
2. Menganalisa prosedur dalam penganalisaan pH air.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nilai pH
pH (Power of Hydrogen) adalah keberadaan ion hidrogen di dalam perairan yang menggambarkan derajat keasaman suatu perairan. Klasifikasi nilai pH adalah sebagai berikut: pH = 7 : netral, 7 < pH < 14 : basa dan 0 < pH < 7: asam. Banyak orang mengatakan bahwa pH sama dengan keasaman, padahal tidak. Keasaman (asiditas) melibatkan dua komponen yaitu jumlah asam dan konsentrasi ion Hidrogen. Pada dasarnya, asiditas menggambarkan kapasitas kuantitatif air untuk menetralkan basa hingga pH tertentu, yang dikenal dengan sebutan base-neutralizing capacity (NBC), sedangkan pH hanya menggambarkan konsentrasi ion Hidrogen. Nilai pH berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Pada pH < 5, alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH makin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas (Mackereth, 1989 dalam Effendi, 2004).
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimia perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah. Namun alga Chlamydomonas acidophila masih dapat bertahan hidup pada pH yang sangat rendah, yaitu 1 dan alga Euglena masih dapat bertahan hidup pada pH 1,6 (Effendi, 2004).
Untuk memenuhi syarat suatu kehidupan, air harus mempunyai pH sekitar 6,5-7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH < 6,5 maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH > 7,5 maka bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik yang sensitif terhadap perubahan pH (Wardhana, 2004).
2.2. DO (Dissolved Oxygen)
Kandungan oksigen terlarut dalam suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia dalam menentukan kualitas air. Oksigen terlarut atau DO (Disolvent Oxygen) merupakan konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut merupakan difusi antara tumbuhan laut dan hasil fotosintesis fitoplankton (APHA,1989). Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di udara bebas. Tingkat kebutuhan oksigen dari tiap-tiap perairan berbeda antara perairan satu dengan lainnya. Perairan tawar memiliki kisaran oksigen terlarut antara 15 mg/L pada suhu 0 oC hingga 8 mg/L pada suhu 25 oC. Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor suhu dan cuaca serta jenis organisme yang menempati perairan tersebut. Umumnya, kadar oksigen terlarut dalam suatu perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/L (Widjowati, 1977).
Nilai DO yang seimbang untuk hewan budidaya adalah lebih dari 5mg/L. Jika oksigen terlarut tidak seimbang akan menyebabkan stress pada ikan karena otak ikan tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta kematian akibat kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah (Kordi, et al., 2007).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Fisika Kimia Perairan dilaksanakan di Laboratorium Dasar Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya pada hari Jumat, 21 Oktober 2016 pukul 13.30 - 15.00 WIB.
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
Tabel 3.2.1. Alat-alat yang digunakan dalam Praktikum.
No
|
Nama Alat
|
Spesifikasi
|
Kegunaan
|
1
|
pH meter
|
1 buah
|
Mengukur pH air
|
2
|
DO meter
|
1 buah
|
Mengukur DO air
|
3.2.2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :
Tabel 3.2.2. Bahan yang digunakan pada praktikum.
No
|
Bahan
|
Spesifikasi
|
Kegunaan
|
1
|
Air
|
Secukupnya
|
Sebagai sampel mengukur suhu, ph dan kecerahan air
|
2
|
Larutan buffer
|
Secukupnya
|
Larutan penyangga
|
3.2. Cara Kerja
3.3.1. Cara menentukan pH
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Masukkan air sampel sebanyak 25 ml ke dalam beaker glass.
2. Buka tutup pH meter dan nyalakan ph meter dengan menekan tombol ON.
3. Masukkan pH meter ke dalam beaker glass yang telah berisi air sampel.
4. Lihat angka pada pH meter sampai stabil.
5. Catat hasilnya.
3.3.2. Cara menentukan (Dissolved Oxygen)
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Masukkan air sampel sebanyak 50 ml ke dalam beaker glass.
2. Nyalakan DO meter dengan menekan tombol ON kemudian tekan tombol range untuk mengubah satuan menjadi ppm.
3. Masukkan DO meter pada beaker glass yang telah berisi air sampel.
4. Lihat angka pada DO meter sampai stabil.
5. Catat hasilnya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil yang diperoleh dari pengamatan di Danau Retensi, yaitu :
NO
|
Sampel
|
Parameter
| |
pH
|
DO (ppt)
| ||
1
|
Air di Danau Retensi
|
4,67
|
1,8
|
4.2. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan sampel berupa air yang berasal dari danau retensi di Universitas Sriwijaya. Sampel diambil langsung dari badan air yang akan diamati kualitas kimianya. Pengambilan sampel menggunakan botol air mineral. Parameter yang diukur dari sampel air adalah pH dan kandungan oksigen terlarutnya atau yang sering disebut DO (Dissolved Oxygen). Pengukuran pH air sampel menggunakan pH meter. Nilai pH yang didapat dari uji sampel air adalah sebesar 4,67 pH asam. Dengan nilai pH tersebut kondisi perairan dapat dikatakan kurang baik untuk lokasi budidaya sebab konsep ketahanan ikan terhadap asam dan basa itu berbeda-beda tergantung dari jenis ikan dan daya tahan tubuh ikan. Akan tetapi, untuk pH yang umum ikan biasanya mampu bertahan pada pH 6,8-8,3. Hal ini sesuai pendapat Karu (2000). Kondisi pH pada suatu perairan tergantung pada jumlah bahan organik yang terlarut dalam perairan tersebut sehingga jumlah H+ yang dibutuhkan untuk mampu larut dalam bahan organik jadi lebih sedikit. pH adalah cerminan dari derajat keasaman yang di ukur dan jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+ ). Air murni terdiri dari ion H⁺ dan ion OH⁻ dalam jumlah berimbang hingga pH air murni biasa 7. Makin banyak ion H⁻ dalam larutan cairan makin rendah ion H⁺ dan makin tinggi pH, cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya makin ttinggi ion H⁺ makin rendah pH dan cairan tersebut bersifat asam, pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik perairan asam atau kurang produktif. Malah dapat menumbuhkan hewan budidaya. Pada pH rendah (keasaman yang tinggi) kandungan oksigen terlarut akan berkurang
(Sopian, 2002).
(Sopian, 2002).
Namun, pengukuran pH pada penelitian ini belum akurat dikarenakan pH meter yang digunakan tidak mampu menunjukkan angka 7 atau netral ketika dikalibrasi menggunakan akuades yang disebabkan oleh kerusakan pada pH meter.
Parameter kedua yang diukur pada sampel air adalah kandungan oksigen terlarut dalam air atau DO (Dissolved Oxygen). Oksigen terlarut diuji menggunakan DO meter. Kandungan oksigen terlarut yang terukur pada sampel air sebesar1,8 ppt. Pada siang hari, oksigen dihasilkan melalui proses fotosintesa sedangkan pada malam hari, oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh alga untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kadar oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum menjelang pagi hari.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Kualitas air tidak cocok untuk melakukan proses budidaya ikan karena tidak semua ikan mampu hidup pada pH dibawah netral.
2. Pada siang hari, oksigen dihasilkan melalui proses fotosintesa sedangkan pada malam hari, oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh alga untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya.
3. Kadar oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum menjelang pagi hari.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum ini adalah keterampilan praktikan dalam menggunakan alat-alat dan menganalisa hasil pengamatan. Peralatan harus lengkap dan menjaga kebersihan laboratorium agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancar serta meningkatkan rasa saling koordinasi bagi semua yang terlibat didalam Praktikum Fisika Kimia Perairan.
DAFTAR PUSTAKA
American Public Health Association (APHA). 1989 (1975). Standard Method-Method for The Examiration of water and Waste Water 17 ed (& 14th ed), APNA, AWWA (America Water Works Association) and WFCF (Water Pollution Control Federation) Washington, DC. 1527.p
Effendi, H. 2004. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Karu, E. 2000. Telaah Kondisi Kualitas Air di Perairan Sangihe Talaud (Teluk Lapango, Nagha dan Tahuna) suatu Studi in Situ. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT, Manado. 57 hal
Kordi, K, M. Ghufran dan Andi B. T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Jakarta : Rineka Cipta
Nelwan, et all. 2013. Perencanaan Jaringan Air bersih Desa Kima Bajo Kecamatan Wori. Jurnal Sipil Statik September 2013. 1 (10): 678-684
Sopian, I. 2002. Analisis Sifat Fisik. Kimia dan Fungsional Gelatin yang Diekstrak dari Kulit dan Tulang Ikan Pari. Bogor: Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Wardhana, 2004. Metode Pengambilan Contoh Air dan Pemeriksaan Bakteriologi Air, Laboratorium Kesehatan Teknik, Yogyakarta.
mbak asih mantap mbak..
BalasHapus